- menggunakan elektroda yang tepat
- jenis arus yang tepat
- jenis polaritas yang tepat untuk arus DC
- hindari gerakan pengelasan kiri kanan selama mengelas
- bentuk busur arus yang pendek, lakukan pengelasan secara mantap dan teratur
- laju pengelasan yang sesuai dengan kecepatan elektroda yang mencair.
Masalah-masalah yang sering timbul pada pengelasan busur arus adalah :
- elektrode membeku / pengelasan terhenti
- bentuk kampuh las yang jelek
- busur arus las yang jelek karena mengembang
- Sedang selaput elektrode / fluks umumnya terbuat dariserat
kayu/sellulosa - titanium oksida
- titanium + senyawa basa
- Mn + Fe + Si
- Besi oksida
- CaCO3, yang akan membentuk jebnis-jenis elektrode berupa type : E, R, ER, EC, EW, B, RB, RG dan F.
Pemilihan elektrode ini berdasarkan :
- sifat dari bahan yang akan dilas
- posisi pengelasan
- type sambungan
- jumlah pengelasan
- kerapatan sambungan pengelasan
- jenis arus yang tersedia.
Mesin las AC
Mesin listrik diklasifikasikan mesin las AC dan mesin las DC, mesin las AC biasanya berupa trafo las, sedangkam mesin las DC selain trafo yang dilengkapi dengan rectifier atau diode ( Perubah arus bolak balik menjadi arus searah ) biasanya menggunakan motor penggerak baik mesin disel atau motor bensin dan motor listrik. Mesin las AC yang menggunakan transformator atau trafo las.
Saat ini banyak digunakan mesin las DC karena DC mempunyai
beberapa kelebihan dari pada mesin las AC, seperti misalnya busur stabil,
polaritas dapat diatur.
Las DCSP ( Direct Current Straight Polarity ) atau Las Polaritas Lurus.
Apabila material dasar atau material yang akan dilas disambungkan dengan kutup positip ( + ) dan elektrodenya disambungkan dengan kutup negatif ( - ) pada mesin las DC maka cara ini disebut pengelasan polaritas lurus atau DCSP.
Dengan cara ini busur listrik bergerak dari elektrode ke material dasar sehingga tumbukan elektron berada di material dasar yang berakibat 2/3 panas berada di material dasar dan 1/3 panas berada di elektroda. Cara ini akan menghasilkan pencairan material dasar lebih banyak dibanding elektrodenya sehingga hasil las mempunyai penetrasi yang dalam, sehingga baik digunakan pada pengelasan yang lambat serta manik las yang sempit dan untuk pelat yang tebal. Las DCRP ( Direct Current Reversed Polarity) atau Las Polaritas balik. Dengan proses pengelasan cara ini material dasar disambungkan dengan kutup negatip ( - ) dan elektrodenya disambungkan dengan kutup positif ( + ) dari mesin las DC, dan disebut DCRP sehingga busur listrik bergerak dari material dasar ke elektrode dan tumbukan elektron berada di elektrode yang berakibat 2/3 panas berada di elektroda dan 1/3 panas berada di material dasar.
Cara ini akan menghasilkan pencairan elektrode lebih banyak sehingga hasil las mempunyai penetrasi dangkal, serta baik digunakan pada pengelasan pelat tipis dengan manik las yang lebar.
Pengelasan Las AC ( Alternating current ) atau Las Arus bolak balik Las listrik arus bolak balik tidak ada kutup positip dan negatip ( dua duanya sama ) oleh sebab itu maka penyambungannya dibolak balik hasilnya tetap sama. Masing masing kutup akan menerima panas 50 % dan akibatnya terjadi penetrasi normal .
Elektrode las
Sebagian besar elektrode las SMAW dilapisi oleh lapisan flux, yang berfungsi sebagai pembentuk gas yang melindungi cairan logam dari kontaminasi udara sekelilingnya. Selain itu fluk berguna juga untuk membentuk terak las yang juga berfungsi melindungi cairan las dari udara sekelilingnya. Lapisan elektrode ini merupakan campuran kimia yang komposisisnya sesuai dengan kebutuhan pengelasan. Menurut AWS (American Welding Society ) elektrode diklasifikasikan dengan huruf E dan diikuti empat atau lima digit sebagai berikut E xxxx (x) . Dua digit yang pertama atau tiga digit menunjukan kuat tarik hasil las tiga digit menunjukan
kuat tarik lebih dari 100.000 psi sedangkan dua digit menunjukan kuat tarik hasil lasan kurang dari 100.000 psi. Sebagai contoh elektrode E 6013 mempunyai kuat tarik 60.000 psi (42 Kg/mm2 ). Sedangkan angka digit ketiga atau keempat bagi yang kuat tariknya lebih besar 100.000 psi ( 70 Kg/mm2 ) digit selanjutnya menujukan posisi pengelasan, apabila angkanya 1 berarti untuk segala posisi.pengelasan, angka 2 berarti las datar atau horizonta l dan angka 3 menunjukan untuk pengelasan datar saja. Digit yang terakhir menunjukan jenis dari campuran kimia dari lapisan elektrode.
Oleh : Muhammad Iskhak {075524071}
An: sudah bagus, tapi lebih bagus lagi bila dilengkapi lagi ya
BalasHapusbagaimana dengan penembusan pada arus DCSP,, apakah arus tersebut di gunakan penembusan dalam atau dangkal.
BalasHapuswaduh terbangkalai rek blog e,,
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusmaaf saya mau tanya tentang DCSP (atau DCEN dimana menurut saya ini lebih familiar) dengan DCEP(DCRP) menurut sepengetahuan saya yang mempunyai penetrasi lebih dalam itu adalah DCEP di bandingkan dengan DCEN makanya pada saat root lebih di sarankan untuk menggunakan
Hapusdcen agar penetrasi yg di hasilakn tidak terlalu dalam dengan pertimbangan panas lebih terkonsentrasi di benda kerja dan saat menggunakan arus DCEP panas akan lebih terkonsentrasi ke elektroda hinnga menghasilkan penetrasi yg dalam..itu pun jadi pertimbangan mengapa proses GTAW munggunakan DCEN agar panas tak terkonsentrasi di tungsten. tapi ke benda kerja..
info yg menarik, keep posting :)
BalasHapussudah cukup lengkap postingannya gun...!! thanks
BalasHapushttp://teknikpengelasan.com/pengelasan-smaw/
kapan ya kira2 kita menggunakan arus DCRP dan DCSP.
BalasHapusmaksih ilmunya gan.
pengelasan smaw